Sabtu, 15 September 2012

CIRI-CIRI DAN PROSEDUR EVALUASI HASIL BELAJAR



A.      Ciri-ciri Evaluasi Hasil Belajar
Ada beberapa ciri evaluasi yang dilakukan dalam proses belajar mengajar. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Jadi untuk mengetahui taraf kepandaian anak maka yang diukur bukan pandainya akan tetapi tanda-tanda kepandaiannya. Menurut Carl Witherington tanda-tanda anak yang pandai adalah 1) kemampuan untuk bekerja dengan angka-angka, 2) kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar, 3) kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru, 4) kemampuan untuk mengingat-ingat sesuatu, 5) kemampuan untuk memahami hubungan antar gejala yang satu dengan yang lain, 6) kemampuan untuk berfantasi atau berfikir abstrak.
2.    Menggunakan ukuran yang bersifat kuantitatif (simbul angka), setelah dianalisis dengan metode statistik pada akhirnya data tersebut diberi interpretasi secara kualitatif.
3.    Pada umumnya menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap.
4. Prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu bersifat relatif. Artinya, hasil evaluasi pada umumnya tidak tetap.
5. Dalam melakukan penilaian sering terjadi kesalahan-kesalahan. Sedangkan sumber-sumber kesalahan terletak pada:
a.       alat ukur (soal tes).
b.      penilai (guru). Dalam hal ini guru:
1)      bertindak subjektif. Misalnya risau ketika mengoreksi, tulisan yang dihadapi jelek dan lain-lain.
2)  cenderung (ke)murah(an) atau (ke)mahal(an) dalam memberi nilai. Misalnya untuk jawaban yang salah skornya 2 / 0.
3) adanya kesan penilai terhadap siswa, baik dari guru lain atau diperolehnya sendiri ketika mengampu mapel lain.
4)      adanya pengaruh dari hasil yang diperoleh terdahulu.
5)      kesalahan dalam menjumlah skor
c.       yang dinilai (murid)
1)      siswa sedang resah ketika sedang dinilai (mengerjakan soal).
2)      siswa sedang sakit fisik ketika sedang dinilai.
3)      ada gangguan terhadap kelancaran mengerjakan soal.
d.      situasi di mana penilaian berlangsung
1) adanya kegaduhan (di dalam maupun di luar ruang) yang mengganggu konsentrasi.
2)      pengawasan dalam penilaian.
B.       Prosedur Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Mochtar Bukhari, ada beberapa langkah pokok dalam melaksanakan evaluasi. Langkah-langkah tersebut antara lain: perencanaan, pengumpulan data, verifikasi data, analisis data dan penafsiran data.
Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi:
1.    Merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilakukan. Rumusan tujuan ini berpedoman pada tujuan lembaga pendidikan (selanjutnya ditulis: LP) tempat mengajar dan tujuan mata pelajaran yang diampu. Terhadap tujuan LP ini, kita merujuk pada visi LP tersebut. Sementara tujuan mata pelajaran, kita berpedoman pada tujuan yang tertuang dalam kurikulum atau merujuk pada Standar Kompetensinya. 
2. Menetapkan aspek-aspek yang harus dinilai. Apakah kognitif, afektif, atau, psikomotorik. Penetapan aspek ini bergantung pada tujuan evaluasi. Jika tujuan evaluasi mengarah pada kemampuan kognisi maka aspek yang pilih adalah aspek kognitif. Jika tujuannya mengarah pada sikap, maka yang dipilih adalah aspek afektif. Jika mengarah pada keterampilan, maka yang dipilih adalah aspek psikomotorik.
3.  Menentukan metode evaluasi yang akan digunakan. Ada dua metode dalam evaluasi, yaitu tes dan observasi. Penentuan ini didasarkan pada aspek yang dinilai. Jika kita ingin mengetahui kemampuan psikomotorik dan atau sikap anak, kita bisa menggunakan metode observasi. Jika kita ingin mengetahui kemampuan kognisi mereka, kita bisa menggunakan metode tes.
4. Memilih atau menyusun alat-alat evaluasi yang akan digunakan. Penyusunan alat evaluasi ini bergantung pada metode yang dipilih. Jika dalam mengadakan evaluasi kita memilih metode tes maka dalam langkah ini kita harus menyusun soal-soal. Akan tetapi jika soal tes telah tersedia, kita tinggal memilihnya.  Jika kita memilih metode observasi, maka kita menyusun pedoman observasi (check list). Semua keterampilan yang ingin dinilai, disusun dalam check list tersebut.
Soal tes ini sangat substansial dalam evaluasi. Sebab, tepat tidaknya data tentang hasil belajar sangat ditentukan oleh baik buruknya atau tepat tidaknya alat-alat evaluasi tersebut.
5. Menentukan kriteria dalam menilai yang akan digunakan. Dalam hal ini kita dapat memilih skala 5, 9, 11, 100 dan lain-lain. Begitu juga norma yang digunakan. Apakah norma relatif atau absolut. 
6. Menentukan frekuensi evaluasi. Berapa kalikah sebaiknya evaluasi dilakukan dalam suatu periode (satu semester atau satu tahun). Penentuan frekuensi ini bergantung pada susunan bahan pelajaran (berapa bab/unit). Idealnya evaluasi diadakan setelah menyelesaikan satu bab / unit.

Jumat, 14 September 2012

PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT EVALUASI HASIL BELAJAR


A.      Pengertian Evaluasi Hasil Belajar
Secara bahasa, evaluasi adalah terjemahan dari kata evaluation (B. Inggris). Kata Evaluation berasal dari value yang berarti nilai. Kata evaluation, dengan demikian, diterjemahkan juga dengan penilaian. Sehingga antara “penilaian” dan “evaluasi”  dapat dipandang sebagai semakna. Dalam bahasa Arab penilaian diartikan al-taqdir.
Secara istilah, evaluasi diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu obyek. Istilah (term) ini pada awalnya dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, akan tetapi seiring dengan perkembangan waktu, term ini telah memasuki setiap aspek kehidupan manusia. Tokoh yang mempopulerkan term ini pertama kali adalah Ralph Tyler, dengan memaknai evaluasi sebagai proses pengumpulan data guna menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagian mana dari tujuan pendidikan sudah dicapai.
Ketika kata evaluasi ini dirangkai dengan kata ”hasil belajar” (EHB) berarti, suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan siswa setelah melakukan proses pembelajaran pada waktu tertentu. Ketika dirangkai dengan kata pendidikan (evaluasi pendidikan) berarti suatu proses untuk menentukan nilai pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Dan ketika dirangkai dengan pengajaran (evaluasi pengajaran) berarti suatu proses (sistematis) untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Dari ketiga definisi di atas, tampak bahwa dalam mengadakan evaluasi selalu diawali dengan sebuah proses. Proses tersebut berupa tindakan membandingkan antara kemampuan siswa dengan tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa (assesment) yang mana pertanyaan tersebut disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kemudian jawaban yang diberikan siswa dibandingkan dengan kunci jawaban dari pertanyaan tersebut (yang tentunya juga sesuai dengan tujuan pembelajaran) (pengukuran). Baru setelah itu penilaian terhadap siswa bisa diberikan. Jika jawaban siswa sama dengan kunci (tujuan pembelajaran) maka siswa dapat dinilai sebagai menguasai materi. Jika jawaban siswa tidak sesuai dengan kunci maka ia dinilai tidak menguasai dan seterusnya.
Contoh: setelah menyampaikan materi tentang jihad, yang di antara tujuan pembelajarannya adalah “Siswa memahami bentuk-bentuk jihad” dengan indikator: “Mampu membedakan antara jihad pada zaman Rasul dengan zaman sekarang”, seorang guru ingin mengetahui apakah materi tersebut sudah difahami oleh siswanya atau belum. Maka guru tersebut harus menyusun sejumlah pertanyaan yang materinya harus mengacu pada tujuan pembelajaran tersebut, dan di antara pertanyaanya tentu adalah “Bagaimana perbedaan bentuk jihad pada zaman Rasul dengan jihad pada zaman sekarang?” Setelah siswa memberikan jawaban, jawaban tersebut lalu dibandingkan (dicocokkan) dengan kunci jawaban (yang juga mengacu pada tujuan pembelajaran). Setelah itu barulah siswa bisa dinilai tentang tingkat penguasaannya.
Proses pembandingan sebagaimana disebutkan di atas, dinamakan pengukuran (measurement). Dengan kata lain pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar suatu ukuran atau kriteria tertentu. Jadi di dalam evaluasi terdapat kegiatan pengukuran dan penilaian. Dari sini tampak perbedaan antara evaluasi dengan penilaian. Penilaian adalah bagian (akhir) dari evaluasi. Dan tidak benar ketika kita hendak melakukan penilaian terhadap obyek tertentu tanpa didahului dengan pengukuran sebelumnya.
Sedangkan hubungan antara penilaian dan pengukuran dapat digambarkan, bahwa penilaian hanya dapat dilakukan dengan tepat jika didahului dengan pengukuran, dan pengukuran tidak akan memberikan makna apa-apa jika tidak dikaitkan dengan (kriteria) penilaian. Baik buruknya evaluasi bergantung pada proses pengukuran yang mendahuluinya.
Dalam usaha mendapatkan keterangan yang valid dan mudah dalam pengukuran tersebut digunakanlah angka, yang dimulai dengan pemberian bobot bagi tiap-tiap item soal dan pemberian skor bagi jawaban siswa. Skor tersebut kemudian diubah menjadi nilai (berupa angka juga) yang dijadikan sebagai simbul dari penilaian yang sebenarnya.
Dari sini tampak perbedaan lain antara penilaian dengan pengukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif (berupa penjumlahan angka) sekaligus merupakan jawaban dari pertanyaan ”how much”, sementara penilaian bersifat kualitatif dan merupakan jawaban dari pertanyaan ”what value”.
Sementara beberapa ahli mencoba memberikan penjelasan lebih lengkap dengan memberi setiap proses dalam evaluasi dengan sebutan yang lebih rinci. Evaluasi, assesment, pengukuran dan penilaian. masing-masing istilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Evaluasi adalah proses yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mengetahui efisiensi kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan. Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Pengukuran adalah proses membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu (bersifat kuantitatif). Sedangkan penilaian adalah proses pengambilan keputusan terhadap sesuatu (bersifat kualitatif). Dengan demikian, dapat digambarkan, dalam melakukan evaluasi terhadap hasil belajar, dimulai dengan assesment (melakukan tes dan pengoreksian) kemudian pengukuran (membandingkan hasil pekerjaan siswa dengan kunci) dan diakhiri dengan penilaian (diambil keputusan tentang penguasaan anak terhadap materi).
B.       Tujuan Evaluasi Hasil Belajar (Pendidikan)
1.      Tujuan Umum
a) Untuk menghimpun data tentang taraf kemajuan dan perkembangan peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sampai di mana keberhasilan mereka  dalam mencapai tujuan kurikuler).    
b) Untuk mengetahui efektifitas metode pengajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
2.      Tujuan Khusus
a)    Untuk merangsang peserta didik dalam program pembelajaran
b) Untuk mencari faktor keberhasilan dan kegagalan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
C.      Fungsi Evaluasi Hasil Belajar
Secara umum evaluasi (penilaian) memiliki banyak fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:
1. Fungsi selektif. Dengan evaluasi, guru dapat menyeleksi peserta tes (siswa) dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Berkaitan dengan tujuan ini beberapa hal yang dapat diambil dari evaluasi adalah:
a.       menentukan layak diterima atau tidak seorang peserta tes
b.      menentukan layak dinaikkan atau tidak seorang siswa ke kelas berikutnya
c.       menentukan layak dilepas atau tidak seorang siswa dari lembaga tempat belajar.
d.      menentukan siswa yang layak untuk menerima beasiswa
2. Fungsi diagnosa. Untuk mengetahui dalam hal apa seorang siswa mempunyai kelemahan dalam belajar.
3.  Fungsi penempatan. Dengan hasil evaluasi yang diperoleh, guru dapat menentukan di mana posisi anak yang tepat.
4.    Fungsi pengukuran keberhasilan. Dalam hal ini adalah keberhasilan program. Termasuk pencapaian tujuan dan metode serta penggunaan sarana.
Lebih spesifik fungsi Evaluasi Hasil Belajar yang dilaksanakan dalam PBM di sekolah adalah:
1.    untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan yang telah dilaksanakan.
2.    untuk mengetahui apakah mata pelajaran yang kita ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus mengulangi.
3.  untuk mendapatkan bahan-bahan informasi untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau harus mengulang.
4. untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh anak-anak sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum.
5. untuk menafsirkan apakah seorang anak telah cukup matang untuk kita lepaskan ke dalam masyarakat atau ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
6.   untuk mengadakan seleksi.
7.   untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
D.  Manfaat Evaluasi
1.    Bagi siswa:
Siswa dapat mengetahui sejauh mana dia telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
2.    Bagi guru:
a.   Guru akan mengetahui siswa-siswa mana yang sudah menguasai bahan pelajarannya.
b.   Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa.
c.   Guru akan mengetahui apakah metode yang diberikan sudah tepat atau belum.
3.    Bagi sekolah:
a.    Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi belajar yang dilangsungkan di sekolah.
b. Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan dating.
c.    Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standart atau belum. Pemenuhan standart akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh.