Senin, 03 Desember 2012

VERIFIKASI DATA HASIL BELAJAR



Verifikasi data adalah pemeriksaan terhadap data yang telah diperoleh  melalui penyekoran hasil tes. Verifikasi ini dilakukan, untuk memastikan apakah data-data yang telah terkumpul tersebut sudah benar semua atau masih mungkin mengandung kesalahan. Jika ternyata dalam sekumpulan data tersebut ditemukan kesalahan, langkah verifikasi ini kemudian membuktikan, apakah data yang ditemukan salah tersebut memang salah, atau tidak. 
A. Tanda-tanda Kesesatan
Langkah pertama dalam verifikasi ini adalah, memastikan ada tidaknya kesalahan dalam sekumpulan data yang telah dikumpulkan. Untuk mengetahui hal tersebut, kita dapat berpedoman pada, ada tidaknya tanda-tanda kesesatan. Jika dalam data-data tersebut terdapat tanda-tanda kesesatan, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut mengandung kesalahan. Dan sebaliknya, jika tidak terdapat tanda-tanda kesesatan berarti data tersebut sudah benar. Adapun tanda-tanda kesesatan tersebut antara lain:
1.      Jika data yang kita kumpulkan memberikan gambaran yang berbeda dengan gambaran-gambaran yang telah kita peroleh sebelumnya, berdasarkan hasil-hasil evaluasi yang telah kita lakukan. Apalagi kalau perbedaan-perbedaan itu tampak mencolok (tidak logis).
Contoh: berdasarkan tes-tes yang pernah dilakukan, Ahmad dapat dikategorikan sebagai siswa cerdas karena selalu mendapatkan skor tinggi. Akan tetapi pada tes yang sekarang diadakan Ahmad memperoleh skor rendah, yang menggambarkan Ahmad sebagai siswa kurang pandai.
2.   Jika distribusi data yang kita peroleh jauh menyimpang dari distribusi normal berdasarkan pada evaluasi-evaluasi sebelumnya. Misalnya, berdasarkan tes-tes yang lalu, kelas C adalah kelas yang memiliki tingkat kepandaian tertinggi karena perolehan skor para siswanya rendah-rendah. Akan tetapi pada tes yang sekarang diadakan para siswanya mendapatkan skor tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa kelas C adalah kelas yang pandai. Atau orang satu kelas skornya tinggi semua.
Jadi, jika dalam data yang kita kumpulkan terdapat kasus-kasus sebagaimana di atas, maka data tersebut dikatakan mengandung tanda-tanda kesesatan. Akan tetapi, data-data tersebut belum tentu salah. Artinya, Ahmad yang cerdas tetapi mendapat skor rendah dan kelas C yang memiliki tingkat kepandaian rendah tetapi para siswanya mendapatkan skor tinggi itu belum tentu salah. Dan untuk mendapatkan kepastian, apakah data-data tersebut benar atau salah dibutuhkan verifikasi (pembuktian) data.
B. Kemungkinan Sumber-Sumber Kesalahan
Setelah mendapatkan keyakinan adanya kesalahan (ketidaknormalan) terhadap data yang dikumpulkan, selanjutnya dapat cari kemungkinan sumber-sumber kesalahan tersebut. Menurut Mukhtar Buchari, ada beberapa hal yang mungkin menjadi sumber kesalahan. Hal-hal tersebut antara lain:
1.      Kurang sempurnanya alat-alat evaluasi (soal-soal tes). Misalnya: tes yang digunakan kurang sempurna susunannya, menimbulkan banyak pemahaman sehingga membuat bingung peserta tes dan lain-lain.
2.      Kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya prosedur pelaksanaan evaluasi yang dilakukan. Misalnya: pada waktu pelaksanaan tes terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak lazim, seperti kegaduhan dan lain-lain.
3.      Kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya cara pencatatan hasil-hasil evaluasi (kesalahan dalam menyekor).
C. Prosedur Verifikasi
Setelah kita mempunyai gambaran tentang sumber-sumber kesesatan dari sekumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan pemeriksaan terhadap sumber-sumber tersebut, untuk mengetahui sumber manakah yang menimbulkan  kesesatan tersebut. Apakah pada alat evaluasi, pada pelaksanaan, atau pada penyekoran. Terhadap ketiga hal tersebutlah selanjutnya kita lakukan pemeriksaan:
  1. Kita periksa item-item. (ini bagi ketidaknormalan bagi hasil tes secara kelompok). Jika ternyata pada item-item tersebut tidak ditemukan kesalahan, yang berarti kesalahan tidak terdapat pada konstruk soal tersebut, selanjutnya pemeriksaan dilanjutkan pada sumber kesalahan yang selanjutnya.
  2. Kita tinjau kembali bagaimana proses tes berlangsung. Apakah keadaan normal atau terjadi kecurangan-kecurangan. Jika keadaan juga normal, maka pemeriksaan kita lanjutkan pada sumber kesesatan berikutnya.
  3. Kita periksa kembali pencatatan skornya. (ini pada kasus individual). Apakah ada kesalahan atau tidak. Jika di sini juga tidak didapatkan kesalahan maka data tersebut memang benar adanya. Sehingga bisa diteruskan pada langkah berikutnya, yaitu pengolahan data (mentah menjadi standart).

Minggu, 25 November 2012

LANGKAH PENGUMPULAN DATA HASIL BELAJAR



Ada beberapa langkah dalam mengumpulkan data hasil belajar. Langkah-langkah tersebut antara lain: pelaksanaan tes, pengoreksian dan pemberian skor. Pelaksanaan tes bisa ditempuh melalui tes tertulis dan tes lisan dan tes tindakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes tertulis:
1.      ruangan harus tenang.
2.      soal baru boleh dikerjakan ketika waktu telah tiba.
3.      pengawas harus menjaga ketenangan dan ketertiban ujian.
4.      pengerjaan soal harus dihentikan ketika waktu telah habis.
5.      pengisian berita acara tentang (selama) tes berlangsung.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan tes lesan antara lain:
1.      mempertahankan situasi tes (jangan berubah menjadi diskusi).
2.      tidak boleh membentak peserta tes ketika jawaban yang diberikan salah.
3.      tidak boleh membantu peserta tes dalam menjawab dengan alasan apapun.
4.      pertanyaan dan jawaban hendaknya telah disiapkan sebelum ujian dilaksanakan.
5.      penyekoran dengan teliti, di akhir setiap pertanyaan.
6.      Alokasi waktu setiap peserta per item harus sama.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan tes tindakan antara lain:
1.   tester harus mengamati dengan cermat cara yang ditempuh testee dalam menyelasaikan tugasnya.
2.  tester tidak boleh berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi testee dalam melaksanakan tugas tersebut.
3.   hendaknya telah tersedia pedoman pengamatan yang memuat hal-hal yang harus diamati dan skor masing-masing.
Setelah tes dilaksanakan, langkah pengumpulan data berikutnya adalah pengoreksian hasil tes. Dalam pengoreksian ini, berbeda antara tes tertulis, tes lesan dan tes tindakan. Dalam tes tertulis, berbeda pula antara tes dalam bentuk obyektif dengan bentuk essay. Beberapa teknik dalam mengoreksi soal obyektif antara lain:
1.      kunci berdampingan (strips kays)
Caranya: letakkan kunci jawaban berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa. Cara ini cocok untuk mengoreksi jawaban yang ditulis dalam bentuk menurun (ke bawah) sebagaimana bentuk B-S
2.      menggunakan karbon (carbon system keys)
Caranya: kunci jawaban diletakkan di atas lembar jawaban yang sudah ditumpangi karbon.
3.      kunci sistem tusukan. (prinpik system keys)
Caranya: letakkan kunci jawaban di atas tumbukan lembar-lembar jawaban, kemudian pilihan yang benar ditusuk.
4.      kunci berjendela. (window keys)
Caranya: dengan melubangi kunci jawaban, yakni pada jawaban yang benar kemudian ditaruh di atas lembar jawaban satu persatu.
5.      Menggunakan mika (transparan)
Caranya: kunci jawaban yang telah difotokopi pada mika (transparan) ditaruh di atas lembar jawaban anak, satu persatu.
Setelah selesai dikoreksi, selanjutnya dilakukan penyekoran. Tiap-tiap macam tes memiliki rumus sendiri-sendiri. Rumus untuk jenis soal true-false adalah:
Rumus tanpa denda:
S = R x Wt
Rumus dengan denda
S                      : Skor
R (Right)         : jawaban yang benar
W (Wrong)      : jawaban yang salah
Wt (Weight)    : bobot
Rumus untuk multiple choice
Rumus tanpa denda:
S= ∑ R x Wt      
Rumus dengan denda:
 
Rumus untuk matching type
S= ∑ R x Wt
Rumus untuk completion type
S= ∑ R x Wt

Memberi skor essay:
Ada dua metode dalam memeriksa kemudian memberi skor terhadap hasil tes dalam bentuk essay:
1)       Metode analisis (analytical method): suatu cara menilai dengan menyiapkan sebuah model jawaban, di mana jawaban tersebut dianalisis menjadi beberapa step atau element dan setiap step atau element diberi skor tertentu.
2)       Metode mensortir: digunakan untuk memberi skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi menjadi element-element. Jawaban-jawaban siswa dibaca secara keseluruhan. Setelah itu diletakkan pada sebuah tumpukan, yang diklasifikasikan menjadi tumpukan-tumpukan: baik sekali, baik, sedang, kurang, kurang sekali. Ada baiknya pembacaan dilakukan dua kali. Setelah itu barulah masing-masing tumpukan diberi skor sesuai dengan klasifikasi.
Beberapa langkah untuk menjaga reliabilitas dan obyektifitas tes, baik pemberian skor menggunakan metode analisa maupun sortir:
1.      sebelum menskor, siapkan terlebih dahulu sebuah model jawaban. Tentukan berapa jumlah skor untuk tiap-tiap item.
2.      tidak boleh melihat identitas jawaban.
3.      memeriksa jawaban anak-anak secara item demi item.
Teknik Pengoreksian atau Pemeriksaan terhadap Tes Lesan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memeriksa (dan kemudian menilai) dalam tes lesan:
1.      Kelengkapan jawaban yang diberikan testee.
2.      Kelancaran testee dalam menjawab.
3.      Ketepatan jawaban yang diberikan testee
4.      Kemampuan testee dalam mempertahankan jawaban. Artinya apakah testee menjawab dengan yakin atau tidak.
5.      Berapa persen testee mampu menjawab pertanyaan yang sukar, sedang dan mudah.
Teknik Pengoreksian dan Pemeriksaan terhadap Tes Perbuatan
Pada tes perbuatan ini tester harus telah menyediakan daftar tindakan yang harus diamati (kemudian dinilai) yang mana masing-masing tindakan tersebut disertai dengan skor. Contoh pengamatan dalam shalat:
No.
Unsur yang diamati (dinilai)
Skor
1
2
3
4
5
1
2
3
4
Takbir
Rukuk dan bacaannya
I’tidal dan bacaannya
Sujud dan bacaannya
dan seterusnya







Kunci jawaban dan kunci skor untuk tes bentuk uraian (essay test)
Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-pokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian, maka akan mempermudah kita dalam pekerjaan mengoreksi tes itu.
Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian. Jawaban yang kita peroleh akan sangat beragam, berbeda dari satu siswa ke siswa lain. Langkah-langkah untuk menentukan standar jawaban:
1)      Membaca jawaban pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. Dengan membaca seluruh jawaban, kita dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
2)      Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. misalnya jika jawabannya lengkap diberi angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya sampai kepada jawaban yang paling minim jika jawabannya meleset sama sekali.
3)      Memberikan angka bagi soal pertama.
4)      Membaca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban, dilajutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua.
5)      Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal-soal tes ketiga, keempat, dan seterusnya hingga seluruh soal diberi angka.
6)      Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk uraian.

Senin, 08 Oktober 2012

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN INSTRUMEN EVALUASI PAI



Langkah Pembuatan Kisi-Kisi
Ada enam langkah yang harus dilewati ketika kita akan menyusun instrumen evaluasi. Keenam langkah tersebut adalah:
1.      Menentukan tujuan dalam mengadakan evaluasi.
Tujuan di sini berorientasi pada materi. Dan materi ini bergantung pada luasnya evaluasi yang dikehendaki. Seperti misalnya: “ingin mengetahui seberapa jauh siswa telah mamahami sejarah pendidikan pada masa klasik”. Dengan demikian tujuan ini mengarah kepada Standar Kompetensi (BAB) atau kurikuler
2.   Membatasi materi yang akan diteskan. Hal ini dilakukan agar dalam instrumen tes tidak terdapat materi-materi di luar tujuan tes. Pembatasan ini mengarah pada Kompetensi Dasar dari bab tertentu.
3. Merumuskan Kompetensi Dasar. Sesuai dengan Kompetensi Dasar dari setiap pembahasan (dari tiap-tiap bahan). Seperti: 1) Siswa mampu menyebutkan kurikulum pendidikan yang berlaku pada masa Rasulullah. 2) Siswa mampu mendeskripsikan metode pendidikan pada masa Rasulullah. 3) Siswa mampu mendeskripsikan sistem administrasi pendidikan pada masa Rasulullah. 4) Siswa mampu menyebutkan lembaga pendidikan pada masa Rasulullah, dan lain-lain.
4.      Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang juga memuat aspek tingkah laku yang terkandung dalam indikator. Tabel ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
Contoh tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup:

Indicator
Aspek berpikir
Ingatan
Pemahaman
Aplikasi
Ket
1.    Siswa mampu menyebutkan kurikulum pendidikan pada masa Rasulullah.
2. Siswa mampu mendes-kripsikan metode pendidi kan pada masa Rasulullah.
3. Siswa mampu mendes-kripsikan sistem adminis trasi pendidikan pada masa Rasulullah.
4.   Siswa mampu menyebutkan lembaga pendidikan pada masa Rasulullah





















5.      Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara keduanya. Tabel ini disebut juga kisi-kisi,  blue print, lay-out.
6.    Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK yang telah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Langkah-langkah dalam membuat kisi-kisi Instrumen Evaluasi
1.  Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan, kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Contoh:
a)      sejarah pendidikan pada masa Rasulullah                      (2)
b)      sejarah pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin       (3)
c)      sejarah pendidikan pada masa Bani Umaiyah               (3)
d)     sejarah pendidikan pada masa Bani Abbasiyah            (7)
Penentuan imbangan bobot ini didasarkan pada perkiraan, dan bergantung pada luasnya materi serta pentingnya untuk diteskan.
2.    Memindahkan pokok-pokok materi ke dalam tabel dan mengubah indeks (bobot) menjadi persentase. Sekaligus ditentukan jenjang pengetahuan yang diliputi dalam tes.


Jenis materi
Proporsi
Jenjang pengetahuan
Total
Ing
Pem
Aplks
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%

20%

20%

47%




Total
100%





3.   Menentukan jumlah soal (berdasarkan alokasi waktu yang tersedia dan bentuk soal yang akan diberikan. Sebagai perkiraan, untuk mengerjakan 1 soal obyektif dibutuhkan waktu 2 menit, dan 5 menit untuk soal essey) dan merinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi.
Jenis materi
Proporsi
Jenjang pengetahuan
Total
Ing
Pem
Aplks
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%

20%

20%

47%



5

8

8

19
Total
100%



40
Sampai pada langkah ini, cara yang ditempuh bagi setiap mapel sama.
Langkah berikutnya bergantung pada homogenitas atau heterogenitas materi.
4.      Jika materi homogen (sama), misalnya dalam sub bab 1-4 untuk jenjang ingatan adalah sama-sama 50%, pemahaman 30% dan aplikasi 20%, maka angka persentase bisa langsung ditulis di bawah kata “Ing, Pem, Aplks”. Selanjutnya ditentukan jumlah butir soal bagi sub bab dalam masing-masing jenjang. Caranya: persen (jenjang) dikalikan total soal (di sebelah kanannya).
Jenis materi
Proporsi
Jenjang Pengetahuan
Total
Ing (50%)
Pem (30%)
Aplks (20%)
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%

20%

20%

47%
3

4

4

9
1

2

2

6
1

2

2

4
5

8

8

19
Total
100%
20
11
9
40

Tidak selamanya penjumlahan ini mendapatkan hasil yang tepat, sehingga dianjurkan untuk membulatkan dan mereka-reka sehingga jumlah ke samping dan ke bawah diperoleh total benar
5.      Jika materi heterogen, maka tidak perlu mencantumkan persentase bagi tiap-tiap jenjang (tingkah laku). Penentuan persentase dilakukan dengan mendasarkan pada banyaknya soal dan sifat bagi tiap-tiap pokok materi.
Jenis materi
Proporsi
Jenjang Pengetahuan
Total
Ing
Pem
Aplks
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%

20%

20%

47%



5

8

8

19
Total
100%



40
Misalnya:
Untuk sub bab I: ingatan 50%, pemahaman 30% dan aplikasi 20%.
50
x  5 soal = 2,5 (3) soal
  100 
30
x  5 soal = 1,5 (1) soal
  100 
20
x  5 soal = 1 soal
  100 
Untuk sub bab II: ingatan 40%, pemahaman 40% dan aplikasi 20%.
40
x  8 soal = 3,2 (3) soal
  100 
40
x  8 soal = 3,2 (3) soal
  100 
20
x  8 soal = 1,6 (2) soal
  100 
Untuk sub bab III: ingatan 40%, pemahaman 40% dan aplikasi 20%.
40
     x  8 soal = 3,2 (3) soal
  100 

40
     x  8 soal = 3,2 (3) soal
  100 
20
     x  8 soal = 1,6 (2) soal
  100 

Untuk sub bab IV: ingatan 40%, pemahaman 30% dan aplikasi 30%.
40
     x  19 soal = 7,6 (8) soal
  100 
30
         x  19 soal = 5,7 (6) soal
  100 
30
         x  19 soal = 5,7 (5) soal
   100 

Jenis materi
Proporsi
Jenjang Pengetahuan
Total
Ing
Pem
Aplks
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%

20%

20%

47%
3

3

3

8
1

3

3

6
1

2

2

5
5

8

8

19
Total
100%
17
13
10
40

Menentukan bentuk soal
Ada dua hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan bentuk soal:
  1. alokasi waktu
  2. sifat materi yang dites
Berkaitan dengan waktu, bentuk soal B-S membutuhkan waktu lebih singkat daripada Multiple Choise (MC). Soal MC membutuhkan waktu lebih singkat daripada maching. Dan untuk uraian waktu yang dibutuhkan jauh lebih banyak dari bentuk obyektif. Sifat materi juga menentukan bentuk soal.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir adalah sbb:
1.   Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang diajarkan. Kita mengetahui bahwa fakta dan lain-lain ini berhubungan dengan aspek ingatan.
2.  Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi. Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3.  Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman sekaligus aplikasi.
4. Mempertentangkan konsep-konsep, mengeneralisasikan dan menghubungkan konsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Ini berhubungan dengan aspek aplikasi. 
5.  Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan ke dalam permasalahan yang lebih luas. Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisi, sintesis, dan evaluasi.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruk soal, yaitu bentuk obyektif dan uraian, dapat dilakukan sbb:
1.  Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau istilah. Hal-hal seperti merupakan bagian paling tepat untuk dijadikan butir soal bentuk B-S ataupun isian singkat.
2.   Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan dirensiasi ditentukan untuk membuat soal bentuk pilihan ganda. Definisi atau hubungan sebab akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk B-S, MC maupun hubungan antarhal (hubungan sebab-akibat)
3.  Memilih konsep-konsep yang agak komplek sifatnya, untuk dijadikan soal bentuk uraian.

Menyusun Instrumen Evaluasi
1.      Soal pengetahuan / ingatan
Tingkat kemampuan yang hanya meminta testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, tanpa harus mengerti, dapat menilai atau dapat menggunakan. Testee hanya dituntut untuk menyebutkan kembali. Kata kerja operasionalnya: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, menerjemahkan dan lain-lain. Jenjang ini mutlak untuk siswa SD kelas I – IV. Kelas yang lebih tinggi hendaknya menggunakan jenjang yang lebih tingi pula dengan disesuaikan pada kemampuan anak. Bentuk tes yang sesuai dengan jenjang ini adalah completion, fill in (isian), true-false
2.      Pemahaman.
Tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep dan lain-lain. Testee tidak hanya sekedar hafal secara verbalistis. Kata kerja operasionalnya: membandingkan, membedakan, memberikan contoh, menginterpretasikan, memperkirakan, mengambil kesimpulan. 
3.      Aplikasi.
Tingkat kemampuan yang menuntut testee mampu menerapkan atau menggunakan pengetahuannya dalam situasi yang baru. Kata kerja opersionalnya: menggunakan, menerapkan, menyusun, menghubungkan, memilih, mengklasifikasikan, mengubah struktur. Jenjang aplikasi lebih tepat untuk bentuk soal essay
4.      Analisis.
Tingkat kemampuan yang menuntut testee mampu menganalisis atau menguraikan suatu integritas ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya. Seperti kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu. Kata kerja operasionalnya: membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, membanding kan dan lain-lain.
5.      Sintesis
Tingkat kemampuan yang menuntut testee dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Kata kerja operasionalnya: menghubungkan, menghasilkan, mengembangkan, menggabungkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan.
6.      Evaluasi
Tingkat kemampuan yang menuntut testee dapat memberikan penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi dan lain-lain. Kata kerja operasionalnya: menafsirkan, menilai, membandingkan, memutuskan, menentukan dan lain-lain.